Sabtu, 14 April 2012

Vaksin Dalam Tanaman Pangan


Saat ini, pemberian vaksin merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk mencegah penularan berbagai penyakit yang disebabkan oleh bermacam-macam patogen. Sayangnya, penyediaan berbagai vaksin ini dirasakan sangat mahal dan sulit untuk menyimpan dan mendistribusikannya, terutama di Negara-negara berkembang. Vaksin, yang umumnya diberikan melalui suntikan, harus dibuat dalam bioreactor khusus dan membutuhkan pendingin untuk penyimpanan dan pendistribusikannya.

Keberhasilan penelitian di Universitas Maryland di Baltimore tahun 1998 membuka suatu era baru dalam produksi vaksin. Para peneliti disana berhasil menyisipkan vaksin ke dalam tanaman pangan yang disebut edible vaccine. Jenis vaksin ini mempunyai harga lebih murah dan lebih efisien dalam hal penyimpanan dan pendistribusiannya. Prinsip dari teknologi ini adalah menyisipkan vaksin kedalam tanaman pangan, sehingga ketika dimakan akan merangsang tubuh manusia untuk membentuk kekebalan (menghasikan antibody) terhadap suatu penyakit.

Uji coba terhadap kentang transgenic yang disisipkan vaksin dari toksin E. coli telah dilakukan terhadap 14 orang dewasa yang sehat. Sebelas orang yang dipilih secara acak mengkonsumsi kentang transgenik dan 3 orang lainnya mengkonsumsi kentang tanpa rekayasa genetika. Dari sampai darah yang dikumpulkan oleh 14 orang tersebut, sepuluh dari 11 orang yang mengkonsumsi kentang transgenic mempunyai kadar antibody dalam darah yang meningkat dan enam dari 11 orang tersebut menunjukkan peningkatan kadar antibody intestinal. Kentang transgenic yang dikonsumsi juga tidak menunjukkan efek samping yang merugikan.
Tanaman pangan yang dipilih untuk membuat edible vaccine adalah tanaman yang dapat dikonsumsi dalam keadaan muntah, seperti kentang, tomat, dan pisang. Beberapa edible vaccine yang diteliti di Maryland adalah sebagai berikut :
  • Kentang yang mengandung vaksin diare yang berasal dari toksin yang disekresikan oleh bakteri E. coli.
  • Kentang dan pisang yang mengandung vaksin diare yang disebabkan oleh virus Norwalk.
  • Kentang dan tomat yang mengandung vaksin hepatitis B.
Penelitian tersebut memicu berbagai penelitian tentang edible vaccine lainnya hingga saat ini. Berbagai penelitian yang berkembang itu tidak hanya bertujuan untuk mencegah penyebaran penyakit patogenik pada manusia, tetapi juga pada hewan-hewan peternakan. Rekayasa genetika pada tanaman yang dikonsumsi oleh hewan, seperti jagung dan gandum, diharapkan juga dapat mencegah infeksi pathogen pada hewan dengan lebih efisien.

Edwar Janner


 
Edward Janner (1749 – 1823) adalah seorang dokter dari Inggris yang menemukan vaksin untuk menyembuhkan penyakit cacar. Ia adalah tokoh yang meletakkan dasar bagi imunologi (ilmu yang mempelajari tentang kekebalan tubuh).

Cacar merupakan penyebab kematian terbesar di abad ke-18. Jenner mengamati bahwa diantara pasiennya, yang sebelumnya terkena cacar ringan dari hewan ternak, memiliki kekebalan yang lebih baik. Pada tahun 1796 ia memaparkan virus cacar ringan kepada seorang anak. Ketika anak itu dipaparkan virus cacar yang menyerang manusia, anak itu tidak tertular. Ia menerbitkan hasil penemuannya itu dan mjadi terkenal sebagai penemu vaksinasi. Ia juga yang memperkenalkan istilah virus.