Saat ini, pemberian vaksin merupakan kebutuhan yang sangat
penting untuk mencegah penularan berbagai penyakit yang disebabkan oleh
bermacam-macam patogen. Sayangnya, penyediaan berbagai vaksin ini dirasakan
sangat mahal dan sulit untuk menyimpan dan mendistribusikannya, terutama di Negara-negara
berkembang. Vaksin, yang umumnya diberikan melalui suntikan, harus dibuat dalam
bioreactor khusus dan membutuhkan pendingin untuk penyimpanan dan
pendistribusikannya.
Keberhasilan penelitian di Universitas Maryland di Baltimore
tahun 1998 membuka suatu era baru dalam produksi vaksin. Para peneliti disana
berhasil menyisipkan vaksin ke dalam tanaman pangan yang disebut edible vaccine. Jenis vaksin ini
mempunyai harga lebih murah dan lebih
efisien dalam hal penyimpanan dan pendistribusiannya. Prinsip dari teknologi
ini adalah menyisipkan vaksin kedalam tanaman pangan, sehingga ketika dimakan
akan merangsang tubuh manusia untuk membentuk kekebalan (menghasikan antibody)
terhadap suatu penyakit.
Uji coba terhadap kentang transgenic yang disisipkan vaksin
dari toksin E. coli telah dilakukan
terhadap 14 orang dewasa yang sehat. Sebelas orang yang dipilih secara acak
mengkonsumsi kentang transgenik dan 3 orang lainnya mengkonsumsi kentang tanpa
rekayasa genetika. Dari sampai darah yang dikumpulkan oleh 14 orang tersebut, sepuluh dari 11 orang yang mengkonsumsi kentang transgenic mempunyai kadar antibody
dalam darah yang meningkat dan enam dari 11 orang tersebut menunjukkan
peningkatan kadar antibody intestinal. Kentang transgenic yang dikonsumsi juga
tidak menunjukkan efek samping yang merugikan.
Tanaman pangan yang dipilih untuk membuat edible vaccine adalah tanaman yang dapat
dikonsumsi dalam keadaan muntah, seperti kentang, tomat, dan pisang. Beberapa edible vaccine yang diteliti di Maryland
adalah sebagai berikut :
- Kentang yang mengandung vaksin diare yang berasal dari toksin yang disekresikan oleh bakteri E. coli.
- Kentang dan pisang yang mengandung vaksin diare yang disebabkan oleh virus Norwalk.
- Kentang dan tomat yang mengandung vaksin hepatitis B.
Penelitian tersebut memicu berbagai penelitian tentang edible vaccine lainnya hingga saat ini. Berbagai
penelitian yang berkembang itu tidak hanya bertujuan untuk mencegah penyebaran
penyakit patogenik pada manusia, tetapi juga pada hewan-hewan peternakan. Rekayasa
genetika pada tanaman yang dikonsumsi oleh hewan, seperti jagung dan gandum,
diharapkan juga dapat mencegah infeksi pathogen pada hewan dengan lebih
efisien.